Ia masih belum mengerti bagaimana caranya menjadi manusia.
Sampai pada akhirnya ia kembali dalam pelukan tanah. Dan sempat berpikir “aku
lupa kalau dia pernah menjadi manusia”.
Apa yang ada di pikiran manusia
berubah-ubah dengan cepatnya. Sampai pada akhirnya mempunyai pemahaman
universal ‘pembedaan manusia seperti perhiasan’.
Membuat suatu sarkasme yang
berakhir pada tergoresnya hati . mengawali dengan senyum dengan maksud
‘palsu’ dibaliknya.
Mencetus kan suatu
dengan mudahnya seperti goresan tinta di atas kertas putih.
Dan mengakhiri dengan drama panjang agar
pentas yang ditampilkan menjadi sebuah teater maha karya yang belum pernah ada
dalam hidupnya.
Dari semua itu, akan menghasilkan pertanyaan “siapakah kita sebenarnya?”
Individual? Bukan. Hal yang menyangkut tentang pernyataan,
dan pertanyaan hidup. Sempurna?
Bahkan sangat bukan. Hanya hati dan sepi yang
tau. Berbahagialah yang merayakan ‘hidup’ di dunia ini.