Mungkin, saat ini aku tidak tahu kemana jalan pulang,
Menuju rumah yang pernah menjadi rumah.
Ataupun menuju rumah yang akan menjadi rumah pada nantinya.
Dan mungkin, pernah diriku mengingat kemana arah jalan pulang.
Namun, selalu ada kepergian yang membuatku lupa.
Atau memang, pada dasarnya jalan pulang tidak pernah menjadi menarik untuk aku ingat.
Tetapi, kemana aku harus pulang saat ingin pulang?
Aku tidak bisa bilang.
Layaknya seperti Adam dan Hawa yang dihukum Tuhan untuk mencari jalan pulang.
Dan aku pun sudah memutuskan untuk membuat sendiri jalan pulang.
kini, dalam perjalanan aku berhenti sejenak, menurunkan ransel yang ada di pundak, dan melihat adakah sebenarnya 'kebahagiaan' atau 'beban' di dalam ransel yang mungkin bisa kumakan, atau menyegarkan sejenak.
Ternyata kutemukan kotak makanan yang sering aku bawa.
Isinya adalah cerita kita.
Bukankah itu makanan kita yang gagal dimasak?
Saat kita berniat membuat 'kebahagiaan', tetapi mungkin saja tidak pas dalam meracik bumbu, atau mungkin aku sempat lupa untuk terus mengaduk adonan yang dibuat.
Yang pasti, kita berdua sama-sama masih belajar dalam meraciknya.
Aku masih terus dan pasti akan terus melanjutkan perjalanan,
'Beban' ini kumakan dulu saja untuk energi.
'Kebahagiaan' kumakan nanti saat tiba di rumah, atau di tengah perjalanan.
Urusan kumakan sendiri atau kubagi, sepertinya tidak menjadi masalah apabila sudah tiba. Atau tidak pernah tiba.
Thursday, July 2, 2015
5
MIRZARIFKI'S: Ransel yang dibawa,
Mungkin, saat ini aku tidak tahu kemana jalan pulang, Menuju rumah yang pernah menjadi rumah. Ataupun menuju rumah yang akan menjadi rumah...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment